A.
Deduktif
Deduksi yang berasal dari kata de dan
ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan
yang lebih umum atau universal. Deduktif adalah cara berpikir di mana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Macam – Macam Penalaran Deduktif
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi /
kesimpulan).
Silogisme terdiri dari ; Silogisme
Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
a)
Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme
yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme
disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis
yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah
(middle term).
Contoh :
Semua Tanaman membutuhkan air (premis
mayor)
……………….M……………..P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M =
Middle term).
b)
Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah argumen
yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme
hipotetik:Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent,
seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
ilogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak
dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan,
pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
c)
Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme
yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik
yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis
mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor
adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam,
silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti
luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
Silogisme disyungtif dalam arti luas
premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
a. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi
secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar
matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada
proses fotosintesis
Penarikkan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme
disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang
mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi
premsi mayor dan premis minor
B.
Induktif
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau
cara berpikir yang diambil secara induktif bergantung pada representatif atau
tidaknya sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah
sampel yang diambil berarti makin representatif dan makin besar pula taraf
dapat dipercaya (validitas).
Langkah-langkah yang dapat digunakan
dalam pendekatan induktif adalah:
1.
memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif
2.
menyajikan
contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa
memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu
3.
disajikan
bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal
perkiraan itu; dan
4.
disusun
pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah
yang terdahulu.
Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang
biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Macam – Macam Penalaran Induktif Ada
3 jenis penalaran induksi :
a.
Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua
atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri
esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan
dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Macam – macam generalisasi :
a. Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini
memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja
yang belum diselidiki.
b. Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan
sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena
sejenis yang belum diselidiki.
b.
Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya.
Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat
khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan
situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Sumber :